Perjuangan HAK, itu tulisan yang kubaca yang dimading Kampus, yang selalu terfikirkan oleh bebakku, ada apa dengan kata-kata ini, "apakah ini hanya bualan omong kosong saja. bukankah kita lahir itu tanpa HAK, dan selamanya kita tidak punya HAK" dengan keras aku katakan dalam batinku. Lihatlah bagaimana orang tua kita mendominasi hidupku ketika kita masih menetek kepadanya ( meminta uang), semua-semua merak yang menentukan. Selanjutnya ketika berada disekolah, secara sadar kita mengatakan bahwa kita tidak punya HAK, gurulah yang menentukan segalanya, dari pakain hingga apa yang harus kita lakukan, dan sekali lagi saya katakan bahwa tidaklah ada HAK didunia ini ketika orang kaya, kiyai, polisi dan hakim menjadi dominasi dimasyarakat, dengan merekalah kepala kita sujud di kakinya. Tuhan, mungkin dia hanya sebuah syimbol bagi meraka yang mendominasi, bukankah begitu.. "llihatlah dan pandanglah diri ini dengan sadar bahwa, hari kemarin dan hari ini kita masih tetap sama, kalau kita tidak punya HAK" aku berusaha menatap kaca dengan tajam melihat sosok yang hanya tersisa tulangya.
Apakah aku sudah menjadi kafir, mengatakan Tuhan hanya sebuah syimbol, "tapi ini sungguh terjadi, bagaimana para buruh, petani, TKI dan fakir miskin, tetap saja tidak memiliki HAK diatas dunia ini, bukan ini mengingkari kata-kata Tuhan," bahwa setiap manusia itu sama, hanya amal sholeh seseoranglah yang membedakannya"...bukankah ini benar.