Laman

Kamis, 01 November 2012

Review J.M Bochanski


 Judul Review : Arti Penting Berfikir dalam perspektif J.M Bochanski
Dalam Artikel yang berjudul "apakah sebenarnya berfikir"ini, mengungkap tentang bagaimana berfikir yang benar dan baik dalam menggunkan akal, yang nantinya akan menghasilkan ilmu pengetahuan. Hasil karya dari J.M Bochanski yang diterjemahkan oleh jujun s. suriasumantri yang diterbitkan oleh PT. Gramedia yang diterbitkan pada tahun 1978  dijakarta ini, memiliki kedudukan yang sangat penting dalam memberikan pemahaman kepada para pembaca tentang makna dan cara berfikir yang baik dan benar.
Gejala yang ada masyarakat kita dalam memahami arti berfikir banyak yang memahami berfikir  hanya sebuah proses mengingat dari apa yang ia alami atau hafalan yang tidak jelas arahnya, sehingga tidak mengalami perubahan dan perkembangan, sehingga berfikir dapat dimaknai merupakan sifat pasif. Namun berbeda dengan Persepektif J.M bochanski dalam menjelaskan hakikat berfikir itu sendiri bersifat aktif yaitu : "Berfikir keilmuan atau sungguh-sungguh adalah cara berpikir yang didisiplinkan dan diarahkan kepada pengetahuan", dalam didisiplinkan kepada pengetahuan merupakan proses perkembangan ide dan konsep.[1] Perkembangan ide dan konsep merupakan proses aktif dalam mendapatkan pengetahuan.
Dalam proses berfikir untuk mendapatkan pengetahuan ada dua pola yang harus dipahami yaitu obyek yang ingin diketahui sudah ada (given) dan obyek yang ingin diketahui belum ditentukan (non-given). Tentunya dari kedua pola tersebut meiliki cara dan kerumitan sendiri, seperti pola pertama yaitu obyek yang ingin diketahuai sudah ada (given), tentunya  dalam memahami obyek tersebut diperlukan pengamatan secara kesuluruhan, berbagai segi, demensi dan latar belakang seperti yang digambarkan  mengenai "warna nokah" dalam artikel ini, yang meliputi paling tidak tujuh unsur: latar belakang, warna, demensi, bentuk, keunikan intesitas dan akhirnya si pembawa, sehingga yang harus dilakukan hanya melihat (mengamati) dan menggambarkan.[2] 
Yang kedua obyek yang diketahui belum ditentukan, sehingga proses berfikir yang harus ditempuh dalam mendapatkan pengetahuan ialah dengan "jalan menalar", sehingga "kepercayaan" bukanlah jalan yang bisa ditempuh karena kepercayaan bukanlah pengetahuan, karena jalan yang mendatangkan pengetahuan hanyalan dengan menalar atau mengamati.   
Dalam melakukan penalaran, ada sayarat yang harus diperhatikan yakni pertama harus adanya permis tertentu yang berupa pernyataan yang kebenarnanya telah diketahuai dan dapat diterima, kedua harus mempunyai cara dalam melakukan penarikan kesimpulan. Kedua syarat itu kemudian dibungkus oleh logika yang memiliki sifat analitik. Kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikri logis.[3] Dimana berpikir logis itu suatu  kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau menggunakan logika tertentu.
Perlu diketahuai dasar penalaran logika ada 2 yaitu : deduktif dan induktif. Selain itu ada aturan dasar logika dalam melakukan deduktif dan induktif yaitu aturan yang pasti dan aturan yang tidak pasti. Namun dalam mengembangkan sebuah pengetahuan, ilmu sering menggunakan aturan yang tidak pasti, sehingga hasil yang diperoleh hanya sebuah peluang. Dengan demikian ilmu pengetahuan bukan hal yang absolute kebenarannya melainkan sebuah omongkosong dan fantsi untuk mendekati sebuah kebenaran yang kekal.


[1]Bochanski, apakah sebenarnya berfikit, PT Gramedia, jakarta 1978 , hal 52 alenia 3
[2] Ibid alenia 5
[3] Juju S.Suriasumantri, filsafat ilmu, Pustaka sinar harapan, jakarta hal 43

0 komentar: