Judul
Review : Arti Penting Berfikir dalam perspektif J.M Bochanski
Dalam Artikel yang berjudul "apakah sebenarnya
berfikir"ini, mengungkap tentang bagaimana berfikir yang benar dan baik
dalam menggunkan akal, yang nantinya akan menghasilkan ilmu pengetahuan. Hasil
karya dari J.M Bochanski yang diterjemahkan oleh jujun s. suriasumantri yang
diterbitkan oleh PT. Gramedia yang diterbitkan pada tahun 1978 dijakarta
ini, memiliki kedudukan yang sangat penting dalam memberikan pemahaman kepada para
pembaca tentang makna dan cara berfikir yang baik dan benar.
Gejala yang ada masyarakat kita dalam memahami arti
berfikir banyak yang memahami berfikir hanya sebuah proses mengingat dari
apa yang ia alami atau hafalan yang tidak jelas arahnya, sehingga tidak
mengalami perubahan dan perkembangan, sehingga berfikir dapat dimaknai
merupakan sifat pasif. Namun berbeda dengan Persepektif J.M bochanski dalam
menjelaskan hakikat berfikir itu sendiri bersifat aktif yaitu : "Berfikir
keilmuan atau sungguh-sungguh adalah cara berpikir yang didisiplinkan dan
diarahkan kepada pengetahuan", dalam
didisiplinkan kepada pengetahuan merupakan proses perkembangan ide dan konsep.[1] Perkembangan ide dan konsep merupakan proses aktif dalam
mendapatkan pengetahuan.
Dalam proses berfikir untuk mendapatkan pengetahuan ada dua
pola yang harus dipahami yaitu obyek yang ingin diketahui sudah ada (given) dan
obyek yang ingin diketahui belum ditentukan (non-given). Tentunya dari kedua
pola tersebut meiliki cara dan kerumitan sendiri, seperti pola pertama yaitu
obyek yang ingin diketahuai sudah ada (given), tentunya dalam memahami
obyek tersebut diperlukan pengamatan secara kesuluruhan, berbagai segi, demensi
dan latar belakang seperti yang digambarkan mengenai "warna
nokah" dalam artikel ini, yang meliputi paling tidak tujuh unsur: latar
belakang, warna, demensi, bentuk, keunikan intesitas dan akhirnya si pembawa,
sehingga yang harus dilakukan hanya melihat (mengamati) dan menggambarkan.[2]
Yang kedua obyek yang diketahui belum ditentukan, sehingga
proses berfikir yang harus ditempuh dalam mendapatkan pengetahuan ialah dengan
"jalan menalar", sehingga "kepercayaan" bukanlah jalan yang
bisa ditempuh karena kepercayaan bukanlah pengetahuan, karena jalan yang
mendatangkan pengetahuan hanyalan dengan menalar atau mengamati.
Dalam melakukan penalaran, ada sayarat yang harus
diperhatikan yakni pertama harus adanya permis tertentu yang
berupa pernyataan yang kebenarnanya telah diketahuai dan dapat diterima, kedua harus mempunyai cara dalam melakukan
penarikan kesimpulan. Kedua syarat itu kemudian dibungkus oleh logika yang memiliki
sifat analitik. Kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikri logis.[3] Dimana berpikir logis itu suatu kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu
atau menggunakan logika tertentu.
Perlu diketahuai dasar penalaran logika ada 2 yaitu :
deduktif dan induktif. Selain itu ada aturan dasar logika dalam melakukan
deduktif dan induktif yaitu aturan yang pasti dan aturan yang tidak pasti.
Namun dalam mengembangkan sebuah pengetahuan, ilmu sering menggunakan aturan
yang tidak pasti, sehingga hasil yang diperoleh hanya sebuah peluang. Dengan
demikian ilmu pengetahuan bukan hal yang absolute kebenarannya melainkan sebuah
omongkosong dan fantsi untuk mendekati sebuah kebenaran yang kekal.
0 komentar:
Posting Komentar