Fitrah Manusia
Manusia ketika dilahirkan kebumi, tidaklah ada yang dilahirkan
dengan langsung menggunakan pakain, dan secara ilmiah itu tidak mungkin terjadi.
Lalu dari mana pakain yang manusia kenakan sekarang ?, anak kecil pun tahu
kalau pakain yang ia kenakan, adalah dari orang tua atau keluarganya, karena merekalah
yang pertama kali memakain baju kepadanya.
Lalu apa yang sebenaranya
dibawa oleh seorang bayi ketika dia lahirkan kedalam dunia ini, :
Diriwayatkan oleh Muttafaq Alaih bahwa :
ما من مولود يولد علي الفطرة فابواه
يهودانه او ينصرانه او يمجسانه (رواه متفق عليه)
Artinya: Tiada
manusia lahir (di lahirkan) kecuali dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah
yang menjadikan dia (kafir) Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi”, (Muttafaq Alaih)
Hadist diatas kemudian diperkuat lagi dengan hadist yang
diriwayatkan oleh HR Bukhori bahwa hadist diatas benar :
كل مولود يولد علي الفطرة حتي يعرب
عنه لسانه فابواه يهودانه او ينصرانه او يمجسانه
........................................................ (رواه ابي يعلي
و الطبراني و بيحقي)
Artinya: setiap anak dilahirkan sesuai dengan fitrah, sehingga ia
lancar lisanya (berbahasa). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia
kafir Yahudi, atau Nashrani, atau Majusi.
Penjelasan :
Artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu
dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptaan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
Kata fitrah dalam ayat
ini mempunyai beberapa arti, seperti di dalam kamus al-Munawwir, kata fitrah
diartikan dengan naluri (pembawaan). Dalam kamus susunan Mahmud Yunus, fitrah
diartikan sebagai agama, ciptaan, perangai, kejadian asli. Dalam kamus bahasa
Indonesia susunan WJS Purwadarminta, kata fitrah diartikan dengan sifat asli,
bakat,pembawaan, perasaan, keagamaan (misalnya: agama yang tidak selaras dengan
kemajuan yang sehat, bukanlah agama fitrah namanya). Dalam kamus al-Munjid
kata fitrah diartikan dengan agama, sunnah, kejadian, dan tabiat. Kamus
Indonesia-Inggris susunan John Echols dan Hasan Sadili mengartikan fitrah
dengan natural, tendency, desposition, and character.
Menurut hemat kami
pengertian diatas bahwa fitrah menunjukan kepada sebuah naluri manusia tentang
keyakinan yang benar, yang dapat dilihat, dirasakan dan dibuktikan kebenarannya,
karena pada dasarnya manusia selalu mencari suatu kebenaran yang memang benar mutlak
tanpa diragukan lagi, karena kebenaran itu indah, kebneran itu kebahagiaan,
kebenaran itu kedamain, dan inilah yang diingankan oleh setiap naluri manusia.
Contoh : Seorang filusuf yang bernama Galileo yang mengungkapkan kebenaran yang
berlawan para pendeta gereja, yang menyebabkan ia dibunuh karena berbeda
pendapat dengan gereja. Adalah bukti bagaiamana seorang mencintai suatu
kebenaran sehingga tetap mempertahankan walau dihukum mati.
Namun menjadi masalah,
ketika akal pikiran manusia itu tidak sehat dan dibuat menajdi tidak sehat
dalam mendapatkan, dan membuktikan kebenaran, maka akan terjadi kekacaun, bukan
kebenaran yang didapatnya melainkan kebohongan yang besar yang selimuti
kebenaran hegemonik yang bersifat dogmatik,
yang membuat manusia tenggelam pada pembenuhan akal, yang berakibat akan
menyepelekan dan mengabaikan kebenaran itu sendiri dan menyerahkan semua itu kepada
suatu lembaga atau sesok yang dipercayai. Dengan itu Al-qur’an menantang keras
ketaatan dan kepatuhan yang membuta kepada leluhur mereka.
Lebih tegasnya Allah
menjelaskan disurat Al-Baqarah ayat 170
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنزَلَ اللّهُ
قَالُواْ بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءنَا أَوَلَوْ كَانَ
آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ شَيْئاً وَلاَ يَهْتَدُونَ
Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti
apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". (Apakah
mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
suatu apapun, dan tidak mendapatpetunjuk.
Meskipun
ajaran-ajaran Al-Qur’an didasarkan atas otoritas yang suci, namun seringkali
masih juga perlu dicari dan ditunjang dengan akal fikiran untuk melahirkan keimanan
yang kuat.
Sehingga itu manusia dituntut untuk menggunakan akal fikirannya dengan baik, sehingga
mengetahui bahwa apakah yang dikandung injil, taurat, al-qur’an dsbnya, yang dibawa agamanya masing – masing
itu dapat dibuktikan dengan benar-benar secara mutlak yang berlaku dalam
konteks sekarang yang menjadi jalan, tuntunan (agama) manusia, agar selamat. Atau
tenggelam terbawa zaman karena ketidak tahuan, namun enjoy untuk melakukan itu
semua, seperti apa yang diajarkan oleh seseorang yang dianggap percayai tanpa
kita mengkritisi dan menggali lagi kebenaran yang tersembunyi itu.
Peran Lingkungan
Menurut ilmu sikologi
bahwa manusia bukan saja tumbuh namun mengalami
perkembangan, baik secara jasmaniyah dan rohaniyah, dan lingkunganlah
yang memiliki peran penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan manusia
itu sendiri seprti pembahasan diatas.
Dalam pertumbuhan dan
perkembangan manusia dari bayi hingga dewasa mengalami proses pendidikan,
dimana pendidikan itu bersumber dari agama dan pengetahuan, yang dapat dipetanggung
jawabkan kebenaran atau hanya sebuah ritual pemahaman yang diwariskan. Disinilah
pendidikan yang diberikan oleh lingkungan membentuk manusia itu, yang kemudian menjadikan
manusia itu apakah beragama islam, yahudi, atau nasrani.
Menjadi
salah kaparah, jika pendidikan yang diberikan itu membunuh akal manusia, dengan
menyembunyikan kebenaran itu, dan memebuat kebenaran yang bersifat dogamtis.
Selain itu pendidikan menjadi rusak ketika dipergunakan untuk memepertahankan
satutus dan eksistensi saja. Kebohongan yang membelegu ini, sangatlah bahaya,
yang nantinya akan menjadikan manusia-manusia tidak mengenal dealektika dan
akan semakin jauh dari fitrah manusia.
Ketika
pendidikan yang diajarkan jauh dari fitrah manusia, Ilmu-ilmu yang diajarkan di
sini, akan menjadi alat pembebasan, ataukah alat penindasan ?.
Peran
orang tua dan lingkungan sangatlah besar kontribusinya dalam menentukan arah
terhadap seorang manusia kembali kepada fitrahnya, apakah agama yang
diperolehnya itu hanya sebuah warisan atau benar-benar ia yakini kebenarannya.
Dan semua itu adalah sebuah proses yang panjang dari sebuah manusai yang
nantinya akan membentuk arah seorang anak.
Dalam Hadis yang di riwayatkan oleh bukhori, dijelaskan
bahwa :
حديث عبد الله بن مسعود قال . قال رسول الله صلي الله عليه و سلم وهو
صادق المصدوق , قال ان احدكم خلقه في بطن امه اربعين يوما ثم يكون علقة مثل ذلك ثم
يكون مضغة مثل ذلك ثم يبعث الله ملكا
فيعمر باربع كلمات, فيقال له : اكتب مع عمله ورزقه واجله وشقى اوسعيه ثم ينفخ فيه
الروح............ (رواه البخا رى)
Artinya: hadis
abdulloh bin mas’ud berkata, rosulullah saw. Ia adalah benar dan dibenarkan, beliu
bersabada: sesungguhnya diantara mu sekalian, kejadiannya adalah dalam
kandungan ibu selama empatpuluh hari, lalu menjadi darah yang keras, selama
empat puluh hari juga, lalu daging keras selama empat puluh hari juga, kemudan
allah mengutus malaikat, maka dia diperintahkan tntang empat kalimat
(ketentuan). Dikatakan kepadanya: tulislah amalnya (manusia), rizkinya,
matinya,dan nasib rugi untungnya, kemudian dimasukkan kepadanya ruh atau nyawa.
(HR Bukhori).
Penjelasannya :
Dalam hadis dijelaskan bagaimana proses berlangsung
pembentukan manusia, yang sebelumnya juga dijelaskan dalam Al-qur’an surat
Al-alaq ayat 2, namun disini lebih dijelaskan lebih detail tahap demi tahap.
Hadis ini juga menjelaskan secara tersirat bahwa
pendidikan yang diberikan kepada anak, itu bertahap – tahap, dan itu semua
bersifat ilmiah dan harus dijelaskan – sejelasnya, yang nantinya tidak
melahirkan sebuah dogma, namun sebuah dealektika terhadap kondisi dan
lingkungan yang da sesuai dengan pemahaman mereka, dan itu semua tidak
dipaksakan. Dalam buku Muhibbin Syah yang berjudul Psikologi pendidikan, bahwa
pendidikan yang diberikan kepada anak itu melalui tahap, ia membaginya dengan
empat tahap yaitu : 1. Fase
bayi dan anak – anak, 2. Fase remaja 3. Fase dewasa, fase setengah baya dan, 4
fase tua. Yang menunjukan bahwa pola yang diberikan terhadap anak itu harus
memiliki tahap demi tahap yang semua itu membimbing mereka terhadap fitrah
mereka.
Adapun bentuk pendidikan yang diberikan sebagai contoh yaitu :
1.
Mendidik
اطلب العلم من المهد الي اللحد
Artinya: tuntutlah ilmu dari masa ayunan sampai di ujung lubang (
HR. Ibnu Abdil Bar).
Hadist diatas mengandung makna tuntutlah ilmu dari dalam rahim
sampai liang lahat akan tetapi, menuntut ilmu secara aktiv belumlah dapat
dilakukan oleh anak di dalam kandungan. Ia hanya merangsang dengan beberapa
stimulus yang disusun secara sitematis edukativ oleh karena itu pendidikan
dilakukan oleh orang tuanya. Berusaha
menciptakan suasana yang sakinah dalam kehidupan rumah tangga, dengan menanmkan
kejujuran, dan sifat kritis. Banyak
melakukan ibadah, baca Al-Quran, bersodakoh, dan amalan-amalan baik lainya
serta brusaha denga sungguh-sungguh utnuk menjauhi ‘aamalan-amalan buruk. Mendoakan
terus menerus agar anknya menjadi anak yang soleh. Berusaha
merawat kandungannya dengan sebaik-baiknya di jaga kesehatanya di beri makanan
yang halal dan bergizi serta dijauhkan dari segala yang membahayakanya.
Mengajarkan
anak membaca Al-Quran.
Dalam sebuah hadist disebutkan:
خيركم من تعلم القران و علمه
Artinya :
sebaik-baik manusia adalah yang belajar dan mengamalkan Al-Quran.
Orang tua wajib mengajarkan Al-Quran kepada anknya, namun
apabila orang tua yang terlanjur tidak dapat mengaji Al-Quran tidaklah boleh di
jadikan alasan untuk membiarkan dirinya buta huruh Al-Quran. Mereka dapat
memulai belajar mengaji kepada orang-orang yang mahir mengaji Al-Quran.
Sehingga ia mampu membuktikan apakah, agama yangdiberikan itu hanya sebuah
warisan omongkosong atau kebenaran yuang benar dapat dibuktiakan, yang nantinya
akan memperkuat keimanannya.
Kesimpulan
1. Apakah menjadi muslim itu karena faktor keturunan ?
Pada awalnya, apapun agama kita, itu
semua faktor keturunan. Namun ketika tumbuh dan berkembang dan sudah mampu
menggunakan akal yang baik, maka agama bukan lagi menjadi sebuah faktor
keturunan, melainkan pencarian dan pembuktian. Al-qur’an dan hadis yang menjadi
pondasi agama islam menjelaskan sangat penting akan kesadaran kritis, dalam
memahamii sebuah agama, bukan hanya berdasarkan keturunan saja. Tetapi kita
harus benar-benar membuktiakan dan meyakini akan pilihan agama yang diwariskan
kepada kita. Apakah benar atau salah.
2. Apa peran dan tanggung jawab orang tua
terhadap anak?
Peran orang tua dan lingkungan sangatlah besar, dalam
proses penemuan jati diri seorang anak, disinalah peran orang tua dan
lingkungannya membimbing seorang anak hingga tumbuh dan perkembang. Sehingga
apa yang diberikan baik berupa agama atau pengetahuan itu bukan sebuah dogma,
melainkan pendidikan yang diberikan adalah sebuah kesadaran yang kritis bukan
mistis dan juga bukan naïf pula, dimana yang bertujuan memanusiakan manusia,
yang akhirnya ia dapat menggunakan akal sehatnya memilih mana yang benar dan
mana ia yang harus yakini, dan itu kemudian menjadi tanggung jawab seorang
anak.
DAFTAR PUSTAKA