Perjuangan melawan kekuasaan adalah perjuangan memori melawan lupa.
Sabda Kundera begitu memukau, karena mewakili peristiwa yang terjadi di ceko, saat tiang gantungan menjadi saksi bisu meregang nyawa mentri luar negri.
Dalam rentetan narasi sejarah Indonesia banyak sekali yang perlu di ingat dan untuk di pelajari, bukan untuk memojokkan golongan satu dengan yang lain. Namun yang terjadi demikian masalalu diseret kembali kedalam gelanggang politik sehingga bukan pelajaran yang didapatkan akan tetapi malah tambah memperkeruh keadaan.
Oktober sudah merangkak pada pertengahan, namun peristiwa mempeka-i-kan masih bersliweran di lini masa. Isu di goreng dengan renyah hingga masyarakat dengan lahap mengkonsumsinya tanpa perlu mempertanyakan gorengan ini bikinan "chef" siapa?
Masalalu di goreng ulang dan ditambah dengan bumbu dramatis agar lebih gurih dan lezat untuk dikonsumsi masyarakat, 65 menjadi menu tahunan yang tak kunjung selesai dihidangkan. Ditambah dengan pernyataan bangkitnya kembali partai yang telah di larang dengan 15000 anggota yang entah dari mana sumbernya.
65 menjadi tahun yang kelam, ribuan nyawa melayang dan banyak yang tak tau apa-apa menjadi korban. Tahta yang diraih setelah peristiwa itu syarat akan darah. Ini tragedi kemanusiaan yang haram hukumnya untuk dilupakan.
Ada yang ingin menolak lupa, juga ada yang ingin menolak ingat. Masing-masing pihak harus mendapatkan porsi sama agar semuanya terakomodir. Namun bukan persoalan mencari siapa yang benar, sejarah mana yang benar, semuanya mempunyai tafsir masing-masing sesuai kepentingan. Namun akankah kepntingan itu akan mengalahkan naluri kemanusian.
1 komentar:
TPI tidak bisa kan menyalah kan orang orang yg suka dengan gorengan itu? Yah ..mungkin ini salah pemerintah juga.di tarik kebelakang lagi dengan kurang nya pendidikan di Indonesia dulu. Hanya orang orang Eropa saja yg boleh sekolah atau pribumi yg hanya anak anak elit seperti anak bupati camat dan tuan tanah.dan sekarang malah anak anak yg berekonomi menengah keatas saja yg bisa mengenyam pendidikan.bagaimana pemuda Indonesia bisa sadar sedangkan otak nya pun sudah di jajah oleh micin dan media 😄😄😁 atau bahkan sekolah sekarang mendidik siswa dan mahasiswa menjadi seorang penindasan 😄😄 hahahaha....mungkin disini peran agama perlu dan penting juga ,untuk mengetahui batas batas
Posting Komentar