Laman

Senin, 16 Oktober 2017

PEMUDA SEBELUM ZAMAN NOW

Zaman sekarang banyak kita jumpai pemuda-pemudi yang masih peduli terhadap nasib bangsanya, namun itu sangat kecil di balik kegiatan hedonnya, wajar didikannya pun berbeda, karena pemuda sekarang dibesarkan dengan pesta kemewahan zamannya semua apa-apa ada, hingga mengikis watak peduli terhadap nasib bangsanya. Mari coba kita lihat para pemuda pada sebelum zaman now.

Pemuda adalah jiwa pemberang yang selalu berkobar, ibarat palu godam yang bertugas menghacurkan eksistensi kekolotan. Dahulu abangnda Semaun berseberang dengan guru bangsa (Cokro Aminoto) watak pemberang yang selalu ingin membuat perubahan secara ekspres tercermin dalam jiwa muda abangda Semaun.

Begitu juga era Soekarno yang masih menyandang Ir militansi dalam mengusir penjajah begitu luar biasa. Juga barisa pemuda Menteng begitu gigih mendesak Soekarno untuk mendeklarasikan kemerdekaan dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Pemuda yang menuntut Tritura dengan gagah menggelar demonstrasi di ibu kota, juga pemuda 98 yang dengan gigih berani melawan regim otoriter orba.

Pemuda-pemuda gagah berani dan selalu menentang statusquo apakah masih seperti itu dihari menjelang tua, dihari dimana sudah direcoki dengan jatah bulanan oleh istri, biaya sekolah anak dan lain-lain.

Gie dengan mengutip perkataan filsuf Yunani pernah berkata "bahwa nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan tersial adalah umur tua" (baca:Catatan Seorang Demonstran), mengapa dibilang tua adalah kesialan bahkan sampai ia mengumpat "generasi tua semuanya pemimpin-pemimpin yang harus ditembak mati di lapangan banteng" karena generasi tualah yang dianggap biang keladi yang salah dalam mengurusi negara.

Padahal generasi tua pada waktu mereka masih muda juga gigih dan militan dalam menentang kolonial belanda dengan segala bentuk praktek penijajahannya. Diera sekarang pemuda penentang regim orba juga telah banyak mendapat jabatan yang setrategis dalam pemerintahan, namun kebanyakan dalam prakteknya ia lupa terhadap idealismenya dimasa muda.

Menolak tua memang suatu hal yang mustahil akan tetapi menjaga idealisme adalah suatu keharusan untuk selalu berpihak kepada yang lemah. Menjaga idealisme telah di contohkan Gie, ia lebih baik diasingkan daripada tunduk pada kemunafikan.

0 komentar: