Laman

Minggu, 29 Oktober 2017

Pada Hari Minggu

Pada hari minggu kuturut ayah kekota
Naik delman istimewa kududuk di muka

Pagi-pagi mendengar lagu anak-anak yang dinyanyikan anaknya ibu kos, lucu dan lugu, rasanya begitu natural mendengarnya. Sebab jarang sekali ada anak-anak yang menyanyikan lagu anak. Biasanya mereka menyanyikan lagu-lagu dewasa, "emangnya lagu punya umur".

Di hampir setiap event nyanyi untuk anak-anak, rata-rata mereka melantunkan lagu dewasa, dangdut yang terkenal ya "bojo galak" dan genrenya yang penuh konflik hati yang tak berkesudahan. Lagu band pun juga sama "pemilik hati" dan seluruh curhatan baper ala ABG, bayangin coy, itu dinyanyikan sama anak yang masih belum bisa benerin reslitingnya sendiri, takut nyangkut.

Tv sebagai agen dari tersebarnya budaya massa tidak memiliki visi pendidikan karakter, kui pakanan opo?, yang penting laku reting tinggi, tak peduli efek yang diberikan kepada penonton. Walaupun memang mereka sudah menerapkan tayangan sesuai batasan umur, tapi ya salam anak kecil nyanyi "kau bukan tercipta untukku", "bojoku ketikung" tak habis pikir, penghayatannya dalem lagi saat melantunkannya. Bayangin bro anak kecil.

Bukan hanya tv seluruh ruang komunikasi penuh dengan lagu-lagu seperti itu.

Banyak seniman yang memproduksi lagu anak-anak, akan tetapi tak bisa menyebar ke publik, pertama karena jarang yang mau mengorbitkan, kedua orang tua sebagai pendamping anak tak ada waktu untuk mensosialisasikannya, karena dikerja kerjaan kebutuhan hidup yang terus membludak.

Ruang kelas juga tak bisa diandalkan, karena itu hanya sesaat, mau mengharapkan lingkungan juga sudah cemar dengan lagu baper ABG.

Dan pagi ini rasanya syahdu mendengar anak-anak nyanyi lagu anak, ku tanya dia, "dek ko hafal lagu naik delman", diajari bibi (pembantu) kak".

0 komentar: